Rabu, 03 Agustus 2011

Tetaplah Tersenyum Teman atas Apa yang tidak Menjadi Milik Kita



Sahabat sekalian, pernahkah kalian merasa kecewa atau sedih karena ternyata yang terjadi atau yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan? Merasa kecewa karena sesuatu yang luput dari genggaman atau sedih karena keinginan yang tidak tercapai. Menyesali yang terjadi dan tidak bisa menerima kenyataan yang sedang kita alami. Menganggap bahwa Tuhan begitu tidak adil pada kita, dan yang terjadi kemuadian kita justru sibuk menyalahkan dan lelah berandai-andai ria, berharap dan berkhayal “seandainya saja……” atau “jika saja.........”. Sungguh teman, bukankah yang demikian itu justru membuat hati kita semakin lelah dan nelangsa?

Ya tentu saja sebagian dari kita  pernah merasakan hal demikian. Begitupun saya, saya pernah merasa kecewa dan sedih ketika tidak bisa masuk ke sekolah yang sama dengan kakak saya, tidak bisa menjadi Bidan seperti yang Bapak inginkan atau beberapa hal lain yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan. Saat kejadian, saya memang sedih teman. Tidak dipungkiri jika saya merasa kecewa dengan diri saya, dengan keadaan dan hal-hal yang membuat saya tidak bisa mendapatkan apa yang saya inginkan. Namun kemudian saya menyadari dengan sepenuh hati bahwa SELALU dan PASTI bahwa pilihan Alloh itu jauh lebih baik dari apa yang bisa saya bayangkan. Rencananya SELALU dan PASTI jauh lebih sempurna dari kita yang bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan denganNya Sang Maha Mengetahui dan Kuasa atas segala sesuatu. Ketika saya memutar kembali kenangan-kenangan yang pernah terjadi, saya kini sungguh bersyukur bahwa saya adalah saya sekarang dengan segala hal yang sudah saya dapat dan miliki, dan dengan segala kondisi saya saat ini. Inilah saya dengan kehidupan saya yang sempurna.

Teman, kita harus merasa beruntung bila pada saat-saat terguncangnya jiwa, masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majlis-majlis ilmu, majlis-majlis dzikir yang akan mengantarkan kita pada ketenteraman jiwa.Ada rasa syukur menerima semua nikmat dan barokah yang diberikan-Nya dan ada keikhlasan disertai kesabaran atas segala ketetapan Alloh. Selalu belajar berprasangka baik atas apa yang terjadi, karena kita percaya bahwa inilah yang terbaik yang Alloh berikan buat kita.

Hidup ini ibarat belantara. Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang kita diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai. Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi.

Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita.

Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu rizki, jabatan atau kedudukan, pasti akan Allah sampaikan. Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki. Meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.."
(al-Hadiid: 22-23)

Maka kita yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (al-Baqarah: 216)

Maka setelah itu teman,jangan kita hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput dari kita. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu di dunia ini harus benar-benar perlu, bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang Mu'min tidak hidup untuk dunia, tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak.

Inilah tulisan sederhana yang semoga memberikan manfaat bagi siapa-pun yang membacanya. Semoga kita diberikan kearifan dalam menyikapi setiap hal sulit yang kita hadapi. Yukkksss,sekarang kita renungi sudah ada berapa banyak nikmat yang telah Alloh berikan dan sudahkah kita menyukurinya? Saya percaya teman-teman adalah pribadi yang bersyukur dan ikhlas atas segala ketetapan-Nya pada diri kita masing-masing..he..he

Maaf ye teman-teman jika apa-apa yang saya sampaikan ini ada yang salah. Dengan yang tercinta bersama berproses menuju perbaikan diri..Bismillah

Sekian








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGELOLAAN ARSIP DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0     Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang meng...